Karena Suhu Tinggi, Vaksinasi COVID-19 pun Gagal! oleh Irfan Suryana

 Karena Suhu Tinggi, Vaksinasi COVID-19 pun Gagal!

oleh Irfan Suryana

(Sumber: https://www.pexels.com/photo/person-holding-a-vaccine-4047186/)

Pada hari Senin, 19 April 2021, saya mendapatkan undangan untuk mengikuti vaksinasi COVID-19 di Parkir Barat Gembira Loka Zoo, Jl. Veteran No. 11 Warungboto, Umbulharjo, Yogyakarta besok pagi jam 8.00 WIB. Vaksinasi tersebut pun dilaksanakan bagi guru/ tenaga pendidik/ tenaga kependidikan/ pegawai pemerintahan di kota Yogyakarta. Pada saat saya menerima undangan tersebut, perasaan saya campur aduk; antara senang karena telah mendapatkan undangan dan gelisah karena it'll be my first experience

Keesokan harinya (Selasa, 20 April 2021), saya pun mempersiapkan diri untuk pergi ke lokasi vaksinasi, mulai dari mencetak undangan dan juga mengecek kembali KTP di dalam dompet saya. Saya sampai di lokasi sangat cepat karena kebetulan jaraknya sangat dekat dengan kos saya. Setibanya di lokasi ternyata terlihat sudah begitu banyak orang. Saya pun memarkirkan motor saya dan membayar biaya parkir sebesar Rp 2000,-. Kemudian saya bertanya kepada penjaga disana tentang tempat vaksinasinya. Petugas disana pun begitu baik. Beliau menunjukkan tempatnya dengan sangat ramah. 

Saya pun berjalan dengan canggung; antara bingung dan malu pada saat itu. Kemudian saya pergi ke "Meja 1" untuk melakukan pendaftaran. Saya memperlihatkan undangan yang saya miliki dan juga KTP saya. Petugas pun mulai mengonfirmasi data diri saya. Setelah itu, petugas pun mempersilakan saya untuk melakukan pengantrian di "Meja 2" dan disana saya bertemu dengan Bapak dan Ibu guru dari sekolah saya. Hal ini menjadikan perasaan saya cukup tenang karena akhirnya saya dapat bertemu dengan orang yang dikenal sehingga saya merasa tidak sendirian lagi. Saya pun duduk di kursi yang telah disediakan. Pelan tapi pasti urutan saya semakin dekat dan tibalah saya duduk di depan petugas yang berada di "Meja 2". Saya pun memberikan undangan dan KTP saya. Setelah itu, petugas pun mulai melakukan pengecekan tekanan darah dan suhu tubuh saya dan ..... betapa kagetnya karena suhu tubuh saya tiba-tiba tinggi 37.7. Petugas pun mengecek kembali  namun hasilnya tetap sama.

Petugas A: Ini sepertinya kekurangan air minum. Puasa ya?"

Saya: "Iya, Bu. Betul. Puasa."

Petugas: "Tadi sahur minum berapa gelas?"

Saya: "Dua gelas, Ibu."

Petugas A: "Harusnya minum banyak air."

Petugas B: "Pilek ya?"

Saya: "Tidak, Ibu."

Petugas B: "Demam ya?"

Saya: "Tidak juga, Ibu."

Petugas A: "Kalau tekanan darah bagus, hanya saja suhu badan tinggi jadi belum bisa lanjut"

Mendengar hal ini, saya pun merasa kebingungan karena suhu tubuh saya belum pernah setinggi itu. Biasanya normal-normal saja. Karena saya pun tidak bisa lanjut, petugas di "Meja 2" pun menjelaskan bahwa vaksinasi saya ditunda. Saya bisa melakukan vaksinasi di Puskesmas terdekat dengan sekolah dimana saya mengajar. Beliau pun menuliskan keterangan lengkap di undangan saya. 

Meskipun saya berhenti di "Meja 2", saya sangat senang karena para petugas disana sangat baik, informatif, dan sangat membantu. Sebelum saya beranjak dari "Meja 2", beliau pun menyarankan agar saya dapat minum air banyak ketika sahur.

Saya pun beranjak pergi dan mulai melangkahkan kaki menuju ke parkiran. Sebetulnya ada sedikit perasaan malu. Khawatirnya ada orang yang memperhatikan saya dan mempertanyakan "Kok tidak jadi vaksin?". Namun pikiran tersebut pun saya buang sejauh mungkin.

Setibanya di parkiran, saya pun menyapa petugas parkir disana dan tanpa disangka beliau mempertanyakan tentang vaksinasi saya.

Petugas parkir: "Mas, sudah selesai vaksinnya?"

Saya: "Tidak jadi vaksin, Bapak. Kebetulan suhunya tinggi."

Tidak tahu mengapa saya merasa senang saja ditanya demikian. Petugas parkirnya sangat perhatian dan begitu baik. Saya pun pamit.

Saya: "Mari, Bapak!"

Petugas Parkir: "Iya, Mas."

Itulah pengalaman saya tidak jadi vaksinasi COVID-19 karena suhu badan tinggi. Oleh karena itu, bagi teman-teman semua yang akan vaksinasi disarankan banyak air minum ketika sahur.


Post a Comment

Previous Post Next Post